Kuliah
Oleh: Mega Ma’ruf Nugraha
(1154020083)
UIN Sunan Gunung Djati Bandung,
itulah tempat dimana saya meneruskan pendidikan setelah SMA menuju perguruan
tinggi. Pada tahun 2015 saya masuk Universitas itu mengambil jurusan
Komunikasai Penyiaran Islam di Fakultas Dakwah dan Komunikasi. Saya mengambil jurusan
ini karena kemauan orangtua ku yang ingin anaknya bisa ceramah, dan saya
mengikuti kemauan orang tua ku itu. Padahal saya ingin mengambil jurusan
Pendidikan Agama Islam.
Sedikit terepaksa mengambil
jurusan yang bukan kemaun ku itu tapi apa daya hati yang memaksa untuk menuruti
perintah sekaligus kemauan orang tua ku. Saya berfikir bahwa perintah orang tua
akan menyelamatkan ku di masa depan kelak, karena “Ridhallah fi Ridha
walidain” ridha Allah ada di ridhanya orang tua.
Setiap saya sekolah yang memilih sekolah adalah orang tua ku dan saya
menurutinya saja meskipun saya tidak mau, tetapi saya tidak pernah berbicara
“tidak” kepada orang tua ku, dan itu lah yang membuat ku bisa melanjutkan
pendidikan ke perguruan tinggi, yang dimana pada dasarnya orang tua saya tidak
bisa menguliahkan ku karena faktor ekonomi. Namun, Alhamdulillah Allah
mengizinkan ku untuk menuntut ilmu di bangku kuliah.
Di jurusan Komunikasi Penyiaran Islam ini ada tiga ranah yang harus
dikuasai oleh setiap mahasiswanya, yaitu: Khitabah, Kitabah, I’lam. Khitabah
merupakan skil public speaking atau kemampuan berbicara di depan orang banyak.
Skil ini diperlukan oleh mahasiswa Dakwah khususnya jurusan Komunikasi
Penyiaran Islam. Dalam berdakwah khitabah sering digunakan oleh para mubaligh
yang seing melakukan dakwahnya melalui lisan atau ceramah. Kemudian ada pula
orang yang meakukan dakwahnya melalui tulisan seperti contoh para ulama
pengarang kitab ataupun kiai-kiai yang menulis buku. Itu adalah contoh
berdakwah yang tidak menggunakan lisan melainkan dengan cara lain yaitu menulis
atau yang lebih sering dikenal oleh anak KPI dengan sebutan Kitabah, merupakan
cara berdakwah yang menggunakan teknik tulisan. Yang terakhir adalah I’lam,
yaitu berdakwah melalui media penyiaran elektronik atau modern seperti televisi
dan radio.
Jujur saja saya hanya minat dalam dua ranah yang sudah dijelaskan tadi,
yaitu Khitabah dan I’lam. Mengapa saya tidak begitu minat dalam penulisan? Yang
pertama saya tidak sering membaca, mungkin saya membaca ketika saya ada tugas,
persentasi, dan apabila akan ujian. Selebihnya saya jarang sekali membaca, maka
dari itu aya tidak terlalu mengerti tentang penulisan.
Dalam hal Khitabah alhamdulillah saya agak mengikuti baik dari materi
ataupun praktik. Yang saya senang apabila kuliah seimbang antara materi dan
praktik. Karena dengan praktik kita lebih paham apa yang kita pelajari dari
teori. Begitupun I’lam sama halnya dengan Khitabah.
Pada awal kyliah semester satu saya mendengar ada komunitas jurusan yang
mengembangkan khitabah, kitabah, dan i’lam. Ketika itu saya ingin masuk kedalam
komunitas tersebut, karena anggapan saya disana lebih banyak ilmu praktik yang
akan saya dapatkan. Dan suatu saat saya masuk kedalam dua komunitas yang saya
minati tersebut.
Ketika saya sudah masuk kedalam komunitas tersebut benar saja disana
banyak sekali praktik, bertukar fikiran, dan berbagi ilmu. Namun sangat
disayangkan saya harus melepas kedua komunitas tersebut, dikarenakan ada
kesibukan yang lebih penting dari pada aktif di dalam komunitas itu.
Baru saja saya bisa meningkatkan skil saya akan tetapi waktu yang tidak
mendukung dan akhirnya saya menjadi mahasiswa yang “kupu-kupu” (kuliah
pulang kuliah pulang). Walaupun saya
sudah tidak di komunitas itu tetapi ketika seiring berjalannya waktu
matakuliah-matakuliah jurusan menyeimbangkan dimana teori dan praktik itu sama
pentingnya. Jadi setidaknya saya sudah punya dasar dalam melakukan praktik.
Tak terasa waktu begitu cepat, sekarang saya baru sadar bahwa saya sudah
semester tingkat akhir dimana ada beban moral yang akan saya hadapi dan yang
saya takuti adalah saya belum siap untuk menghadapi beban moral itu. Saya sadar
saya masih banyak kekurangan dan belum begitu cukup ilmu dan skil yang saya
miliki.
Dari kesadaran itu lah saya mulai menyibukan diri dan melatih skil saya
dalam Khitabah dan I’lam, meskipun belum begitu maksimal karena banyak sekali
hafalan dan syarat-syarat yang mesti di selesaikan. Namun saya terus berusaha
untuk menjadi yang terbaik.
Komentar
Posting Komentar